Aku benci jatuh cinta, terutama kepadamu. Semua hal darimu, yang kayaknya biasa saja bisa berubah menjadi begitu berarti buatku. Bisa ngebuat aku senang, kecewa, dan lucunya, aku gak pernah ngerti kenapa. Aku benci pada diriku, ketika sedang jatuh cinta. Aku benci karena aku gak pernah mengerti sama diriku sendiri kenapa aku harus membuat semua hal tampak sempurna di depanmu? Kenapa aku harus menjadi seseorang yang perfeksionis? Kenapa? Kenapa aku gak bisa membuat semua ini senormal mungkin dan bejalan apa-adanya.
Aku benci untuk melihatmu. Ya, melihatmu ngebuat aku ngerasa gak nyaman. Anehnya, aku selalu melihatmu, aku merasa ada romantisme tersendiri dari melihatmu. Entah kenapa, mungkin itu datang dari perpaduan antara rasa cemas, takut kepergok olehmu, dan merenung sendiri.
Aku benci akan perasaan yang mengebu-gebu, yang memaksaku untuk menghubungimu. Ah, aku benci kenapa ketika dihadapanmu, aku merasa canggung, gugup, dan tidak bisa berkata apa-apa. Aku benci aku sadar atas apa yang terjadi pada diriku. Ironisnya, aku gak pernah tau bagaimana harus mensiasatinya.
Aku benci mencari-cari kecocokan denganmu. Kecocokan secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa aku tidak cukup cocok denganmu. Kenapa kita gak bisa menerima perbedaan? Kenapa kita gak bisa seperti tangan kanan dan tangan kiri yang bergandengan tangan dengan penuh kenyamanan? Kenapa?
Aku benci harus mengerti kamu. Aku benci harus menerka-nerka maksud kalimat yang kau ucapkan untukku. Aku benci harus menebak-nebak bahasa tubuhmu. Aku benci karena aku tak mampu mengartikannya dengan benar. Jika saja kau sesimpel 1 + 1 = 2 maka aku tak perlu susah-susah menemukan formula untuk mengerti kamu, atau setidaknya membuatmu lebih mudah untuk aku mengerti.
Aku benci melamunkanmu, mengingat-ingat saat-saat denganmu. Aku ingat ulang, resapi, tertawa, sedih, lalu merasakan sesuatu yang berdegup dari dalam dada dan aku hanya bisa pasrah, tidak melakukan apa-apa. Cukup begini saja. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawarnya.
Aku benci harus keluar dari comfort zone-ku. Menceritakan sesuatu yang ngebuat jantungku meletup-letup. Memberitahumu kalau aku jatuh hati kepadamu. Membuatmu paham bahwa aku pernah ngerasa kangen, pernah ngerasa cemburu, dan pernah ngerasa takut kehilanganmu.
Aku benci kepadamu, yang memaksa untuk terus dipikirkan. Aku benci karena semakin aku berpikir tentang kamu, semakin aku yakin kalau aku emang pengen nitipin hatiku kepadamu dan …
Berbagi denganmu
***
Jadi ceritanya aku baru nemu surat ini di dalem komputer yang lama, surat yang aku buat waktu masih, masih.. aku gak tau,tok kamo...., pokoknya masih muda banget (nyadar kalo udah tua). Aku kasih surat ini kepada (ehm) si mantan pacar huhu.., waktu nembak dia.
Bagiku, surat ini adalah sesuatu yang penting di masa lalu dan sesuatu untuk dinget-inget aja di masa depan tapi tidak berarti aku menoleh dan balik lagi ke masa-masa itu. Tidak, semuanya gak bakalan sama. Saat ini, aku udah maju ke depan dan berusaha menemukan si dia yang lain.
Membaca lagi, ngebuat aku berpikir “ ternyata sisi romantis sebuah cinta, datang bukan dari bagian mendapatkan cinta tapi keromantisan datang dari perjuangan mendapatkan cinta itu sendiri : dari ilusi-ilusi yang kita ciptakan, dari rasa kangen, dari penyadaran akan pentingnya si dia, dari rasa sabar dalam penantian, dan dari segala rasa yang bergelut di dalam tubuh”.
masalah yg aku nggak ngerti apa masalahnya diri sendiri....p/s: gambe time muda2 hek3... : ]